Berbicara tentang metaverse, tentu kita akan membahas tentang dunia virtual yang bebas, sehingga untuk urusan keamanan, ini masih perlu diutamakan oleh para pengembang.
Ini tentu bukanlah hal yang baru, karena memang disetiap kehadiran teknologi baru, maka keamanan pasti menjadi sisi yang paling disorot.
Tanpa terkecuali bagi metaverse, tidak adanya pondasi keamanan tingkat dasar yang menyeluruh, maka ini akan menghadapi masalah signifikan yang sulit diatasi. Bahkan, terus berkembang dan semakin rumit.
Secara konsep, metaverse akan menjadi tempat di mana fisik bertemu virtual dan batas dari keduanya akan menjadi samar, lebih dari apa yang ada di internet saat ini, terutama di sosial media.
Dunia virtual akan menjadi tempat berkegiatan yang lebih bervariasi, seperti bersosialisasi, bekerja, berkelompok, berbisnis, bermain dan banyak lagi.
"Pengendali" dari platform metaversebisa lebih mempelajari informasi dan kegiatan pribadi kita, yang tentu saja untuk pengumpulan data yang lebih spesifik.
Di sosial media saja, minat dan ketertarikan kita sudah dapat terbaca, sehingga iklan yang ditampilkan tentu akan menyesuaikan pribadi pengguna. Di metaverse, data yang didapat bisa jauh lebih detail.
Berikut ini adalah beberapa masalah keamanan yang berpotensi terjadi di metaverse, berdasarkan laporan VentureBeat:
Rekayasa Sosial, ini adalah kasus di mana terjadi hilangnya data secara besar-besaran dan hilangnya akses. Ini adalah salah satu vektor utama untuk pelanggaran data.
Keamanan blockchain, meski blockchain digadang mampu melindungi data dengan lebih baik, tetapi integrasi blockchain ke platform metaverseakan jadi soal yang berbeda. Hanya dengan sedikit penyesatan, penyusup dapat melakukan intersepsi dan kepemilikan data.
Masalah privasi, ini adalah salah satu yang utama, di mana pengendali platform bisa saja mengambil data pribadi pengguna secara berlebih tanpa ada norma dan batas yang jelas. Ini memerlukan regulasi dan aturan yang jelas dan kuat untuk perlindungan konsumen.
Batasan digital, seperti halnya dunia nyata, dunia virtual membutuhkan batasan antara hak privasi dan keterlibatan orang lain. Tanpa adanya yurisdiksi di metaverse, aturan dan batasan yang "serupa" tentu patut dipertimbangkan.
Identitas, dengan adanya beberapa data identitas diri saat melakukan proses KYC, ini juga rentan untuk dimanfaatkan peretas ataupun pengendali platform. Perlu sebuah aturan yang kuat untuk masalah ini agar tidak merugikan pengguna.
Tentu saja, masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh para pengembang metaverse. Ini tidak mudah dan akan memakan waktu yang lama, tetapi tentu semua masalah ini harus diredam demi menghadirkan metaverseyang nyaman bagi semuanya. [st]